Keluar dari zona nyaman atau memaksakan diri?

 Baru-baru ini aku sadar akan satu hal. Ada masa di mana aku merasa tidak berbakat dalam satu bidang dan itu membuatku tidak percaya diri. Seseorang yang kukenal, yang pernah jadi temanku, dia bagus dalam hal itu. Ada perasaan tidak enak dalam hatiku. Tadinya aku merasa denial tapi perlahan kusadari dan kuakui bahwa itu adalah rasa dengki. Perasaan bahwa aku merasa dapat jadi yang terbaik padahal kenyataannya bukan aku yang menang. Lalu kesempatan datang lagi. Dosen memintaku mengikuti event ini bersama beberapa orang lainnya dan salah satunya adalah seseorang yang kukenal. Tadinya aku sudah bilang tidak ingin ikut tapi katanya wajib. Dengan berat hati aku ikut saja. Jujur aku merasa tidak nyaman setiap kali ada bimbingan dan seruangan dengan seseorang yang kukenal ini. Guruku dahulu pernah berkata jika kamu tidak menyukai seseorang, maka setidaknya kamu dapat menjauhinya agar perasaanmu lebih tenang. Sayangnya, ini bukan sesuatu yang dapat kuhindari. Hingga hari pembinaan mulai lagi. Pembicaranya menggunakan bahasa yang santun dan tertata dengan baik. Hal itu membuatku semangat untuk mengikuti event ini sampai aku berpikir, "Baiklah, sepertinya ketidaknyamananku ini adalah tantangan untukku keluar dari zona nyaman".

Selama persiapan event rasanya semangatku turun. Aku tidak yakin dengan motivasiku. Aku tidak yakin melakukan ini karena benar aku punya tujuan di dalamnya atau hanya caraku untuk membuktikan "aku lebih baik dari seseorang yang kukenal". Kemudian aku mempertanyakan kembali satu hal, apakah benar ini adalah caraku untuk keluar dari zona nyaman atau aku yang memaksakan diri? Sebab setidaknya jika benar aku keluar dari zona nyaman, tujuanku harus jelas dan harus sesuatu yang dapat membuatku berkembang. Aku hanya merasa ini dapat mengurangi produktivitasku.

Komentar